BAB VIII AKAR NASIONALISME DAN DEMOKRASI DI INDONESIA (Sejarah Peminatan Kelas XI Semester Genap) Bagian 1
AKAR
NASIONALISME DI INDONESIA
A.
Pengertian
Secara
etimologis kata Nasionalisme berasal dari bahasa Inggris Nation, atau Natie
dalam bahasa Belanda, menurut KBBI nasionalisme berarti paham (ajaran) untuk
mencintai bangsa dan Negara sendiri. Sikap mencintai bangsa atau Negara muncul
karena adanya kesadaran setiap orang bersama-sama untuk mencapai,
mempertahankan dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan
bangsa.
Secara tidak langsung seorang yang memegang teguh paham nasionalisme pasti
membenci penjajahan dan perbudakan, dan pasti akan menempatkan kesetiaannya
terhadap bangsa dan negaranya sendiri. Karna hal tersebut merendahkan harkat
dan martabat sebuah bangsa. Nasionalisme sendiri adalah bentuk patriotisme,
yakni suatu sikap cinta terhadap tanah air dan bangsa, prinsip yang dipegang
teguh dala nasionalisme adalah kebebasan, kesearaan, penghargaan terhadap
hak-hak asasi manusia.
Terdapat dua
konsep penting yang terkandung dalam pengertian dari nasionalisme yakni
terbentuknya Negara dan persatuan bangsa. Pengertian Negara dan bangsa dalam
hal ini secara umum mengacu kepada sekelompok individu.
1.
Memiliki
cita-cita bersama
2.
Memiliki
sejarah hidup yang sama sehingga terciptanya rasa senasib sepenanggungan
3.
Memiliki
adat budaya dan kebiasaan yang sama sebagai akibat dari adanya pengalaman hidup
yang sama
4.
Menempati
suatu wilayah tertentu yang merupakan kesatuan wilayah,
5.
Terorganisir
dalam suatu pemerintahan yang berdaulat sehingga setiap individu terkait dalam
sebuah masyarakat yang berlandasan hokum.
Kesimpulan
Nasionalisme dalam
arti luas adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan Negara
(nation) dengan mewujudkan konsep identitas bersama untuk sekelompok individu
B.
Latar Belakang
Perasaan akan
timbulnya nasionalisme bangsa Indonesia telah tumbuh sejak lama, bukan secara
tiba-tiba. Nasionalisme tersebut masih bersifat kedaerahan, belum bersifat
nasional. Nasionalisme yang bersifat menyeluruh dan meliputi semua wilayah
Nusantara baru muncul sekitar awal abad XX. Lahirnya nasionalisme bangsa
Indonesia didorong oleh dua faktor, baik faktor intern maupun faktor ekstern.
1.
Faktor Intern
a.
Sejarah Masa
Lampau yang Gemilang
Indonesia
sebagai bangsa telah mengalami zaman nasional pada masa kebesaran Majapahit dan
Sriwijaya. Kedua kerajaan tersebut, terutama Majapahit memainkan peranan
sebagai negara nasional yang wilayahnya meliputi hampir seluruh Nusantara.
Kebesaran ini membawa pikiran dan angan-angan bangsa Indonesia untuk senantiasa
dapat menikmati kebesaran itu. Hal ini dapat menggugah perasaan nasionalisme
golongan terpelajar pada dekade awal abad XX.
b.
Penderitaan
Rakyat Akibat Penjajahan
Bangsa Indonesia
mengalami masa penjajahan yang panjang dan menyakitkan sejak masa Portugis.
Politik devide et impera, monopoli perdagangan, sistem tanam paksa, dan kerja
rodi merupakan bencana bagi rakyat Indonesia. Penderitaan itu menjadikan rakyat
Indonesia muncul kesadaran nasionalnya dan mulai memahami perlunya menggalang
persatuan. Atas prakarsa para kaum intelektual, persatuan itu dapat diwujudkan
dalam bentuk perjuangan yang bersifat modern. Perjuangan tidak lagi menggunakan
kekuatan senjata tetapi dengan menggunakan organisasi-organisasi pemuda.
c.
Pengaruh
Perkembangan Pendidikan Barat di Indonesia
Perkembangan
sistem pendidikan pada masa Hindia Belanda tidak dapat dipisahkan dari politik
etis. Ini berarti bahwa terjadinya perubahan di negeri jajahan (Indonesia)
banyak dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi di negeri Belanda. Tekanan datang
dari Partai Sosial Demokrat yang di dalamnya ada van Deventer. Pada tahun 1899,
Mr. Courad Theodore van Deventer melancarkan kritikan-kritikan yang tajam
terhadap pemerintah penjajahan Belanda. Kritikan itu ditulis dan dimuat dalam
jurnal Belanda, de Gids dengan judul Een eereschuld yang berarti hutang budi
atau hutang kehormatan. Dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa kekosongan kas
negeri Belanda telah dapat diisi kembali berkat pengorbanan orang-orang
Indonesia. Oleh karena itu, Belanda telah berhutang budi kepada rakyat
Indonesia. Untuk itu harus dibayar dengan peningkatan kesejahteraan melalui
gagasannya yang dikenal dengan Trilogi van Deventer. Apakah kalian masih ingat
dengan isi Trilogi van Deventer? Politik yang diperjuangkan dalam rangka
mengadakan kesejahteraan rakyat dikenal dengan nama politik etis. Untuk
mendukung pelaksanaan politik etis, pemerintah Belanda mencanangkan Politik
Asosiasi dengan semboyan unifikasi. Politik Asosiasi berkaitan dengan sikap
damai dan menciptakan hubungan harmonis antara Barat (Belanda) dan Timur
(rakyat pribumi). Dalam bidang pendidikan, tujuan Belanda semula adalah untuk
mendapatkan tenaga kerja atau pegawai murahan dan mandor-mandor yang dapat
membaca dengan gaji yang murah. Untuk kepentingan tersebut Belanda mendirikan
sekolah-sekolah untuk rakyat pribumi. Dengan demikian, jelaslah bahwa
pelaksanaan politik etis tidak terlepas dari kepentingan pemerintah Belanda.
Sistem pengajaran kolonial dibagi dalam dua jenis yaitu pengajaran pendidikan
umum dan pengajaran kejuruan. Keduanya diselenggarakan untuk tingkat menengah
ke atas. Berikut ini contoh-contoh sekolah yang didirikan pada zaman kolonial
Belanda
d.
Pengaruh
Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia
Perkembangan
pendidikan di Indonesia juga banyak diwarnai oleh pendidikan yang dikelola umat
Islam. Ada tiga macam jenis pendidikan Islam di Indonesia yaitu pendidikan di
surau atau langgar, pesantren, dan madrasah. Walaupun dasar pendidikan dan
pengajarannya berlandaskan ilmu pengetahuan agama Islam, mata pelajaran umum
lainnya juga mulai disentuh. Usaha pemerintah kolonial Belanda untuk memecah
belah dan Kristenisasi tidak mampu meruntuhkan moral dan iman para santri.
Tokoh-tokoh pergerakan nasional dan pejuang muslim pun bermunculan dari
lingkungan ini. Banyak dari mereka menjadi penggerak dan tulang punggung
perjuangan kemerdekaan. Rakyat Indonesia yang mayoritas adalah kaum muslim
ternyata merupakan salah satu unsur penting untuk menumbuhkan semangat
nasionalisme Indonesia. Para pemimpin nasional yang bercorak Islam akan sangat
mudah untuk memobilisasi kekuatan Islam dalam membangun kekuatan bangsa.
e.
Pengaruh
Perkembangan Pendidikan Kebangsaan di Indonesia
Berkembangnya
sistem pendidikan Barat melahirkan golongan terpelajar. Adanya diskriminasi
dalam pendidikan kolonial dan tidak adanya kesempatan bagi penduduk pribumi
untuk mengenyam pendidikan, mendorong kaum terpelajar untuk mendirikan sekolah
untuk kaum pribumi. Sekolah ini juga dikenal sebagai sekolah kebangsaan sebab
bertujuan untuk menanamkan rasa nasionalisme di kalangan rakyat dan mencetak
generasi penerus yang terpelajar dan sadar akan nasib bangsanya. Selain itu
sekolah tersebut terbuka bagi semua masyarakat pribumi dan tidak membedakan
dari kalangan mana pun. Tokoh-tokoh pribumi yang mendirikan sekolah kebangsaan
antara lain Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa, Douwes Dekker mendirikan
Ksatrian School, dan Moh. Syafei mendirikan perguruan Indonesische
Nederlandsche School Kayu Tanam (INS Kayu Tanam).
f.
Dominasi Ekonomi
Kaum Cina di Indonesia
Kaum pedagang
keturunan nonpribumi, khususnya kaum pedagang Cina semakin membuat kesal para
pedagang pribumi. Puncak kekesalan kaum pedagang pribumi terjadi ketika
keturunan Cina mendirikan perguruan sendiri yakni Tionghoa Hwee Kwan pada tahun
1901. Kekesalan tersebut diciptakan oleh Belanda untuk menimbulkan rasa iri
hati rakyat Indonesia kepada keturunan Cina. Cina diberi kesempatan untuk menguasai
bisnis eceran, pertokoan, dan menjadi kolektor pajak dari pemerintah Belanda.
Akibatnya kaum Cina menjadi lebih agresif. Peristiwa itu membangkitkan
persatuan yang kokoh di antara sesama pedagang pribumi untuk menghadapi secara
bersama pengaruh dari pedagang Cina.
g.
Peranan Bahasa
Melayu
Di samping mayoritas beragama Islam,
bangsa Indonesia juga memiliki bahasa pergaulan umum (Lingua Franca) yakni
bahasa Melayu. Dalam perkembangannya, bahasa Melayu berubah menjadi bahasa
persatuan nasional Indonesia. Dengan posisi sebagai bahasa pergaulan, bahasa
Melayu menjadi sarana penting untuk menyosialisasikan semangat kebangsaan dan
nasionalisme ke seluruh pelosok Indonesia.
h.
Istilah
Indonesia sebagai Identitas Nasional
Istilah ‘Indonesia‘ berasal dari kata
India (bahasa Latin untuk Hindia) dan kata nesos (bahasa Yunani untuk
kepulauan), sehingga kata Indonesia berarti Kepulauan Hindia. Istilah
Indonesia, Indonesisch dan Indonesier makin tersebar luas pemakaiannya setelah
banyak dipakai oleh kalangan ilmuwan seperti G.R. Logan, Adolf Bastian, van
Vollen Hoven, Snouck Hurgronje, dan lain-lain. Dalam tabel berikut akan
diuraikan perkembangan penggunaan istilah Indonesia.
2.
Faktor Ekstern
Timbulnya pergerakan nasional Indonesia
di samping disebabkan oleh kondisi dalam negeri, juga ada faktor yang berasal
dari luar (ekstern). Berikut ini faktor-faktor ekstern yang memberi dorongan
dan energi terhadap lahirnya pergerakan nasional di Indonesia.
a.
Kemenangan
Jepang atas Rusia
Selama ini sudah
menjadi suatu anggapan umum jika keperkasaan Eropa (bangsa kulit putih) menjadi
simbol superioritas atas bangsa-bangsa lain dari kelompok kulit berwarna. Hal
itu ternyata bukan suatu kenyataan sejarah. Perjalanan sejarah dunia
menunjukkan bahwa ketika pada tahun 1904-1905 terjadi peperangan antara Jepang
melawan Rusia, ternyata yang keluar sebagai pemenang dalam peperangan itu
adalah Jepang. Hal ini memberikan semangat juang terhadap para pelopor
pergerakan nasional di Indonesia.
b.
Partai Kongres
India
Dalam melawan Inggris
di India, kaum pergerakan nasional di India membentuk All India National
Congress (Partai Kongres India), atas inisiatif seorang Inggris Allan Octavian
Hume pada tahun 1885. Di bawah kepemimpinan Mahatma Gandhi, partai ini kemudian
menetapkan garis perjuangan yang meliputi Swadesi, Ahimsa, Satyagraha, dan
Hartal. Keempat ajaran Ghandi ini, terutama Satyagraha mengandung makna yang
memberi banyak inspirasi terhadap perjuangan di Indonesia.
c.
Filipina di
bawah Jose Rizal
Filipina
merupakan jajahan Spanyol yang berlangsung sejak 1571 – 1898. Dalam perjalanan
sejarah Filipina muncul sosok tokoh yang bernama Jose Rizal yang merintis
pergerakan nasional dengan mendirikan Liga Filipina. Pada tahun 1892 Jose Rizal
melakukan perlawanan bawah tanah terhadap penindasan Spanyol. Tujuan yang ingin
dicapai adalah bagaimana membangkitkan nasionalisme Filipina dalam menghadapi
penjajahan Spanyol. Dalam perjuangannya Jose Rizal dihukum mati pada tanggal 30
Desember 1896, setelah gagal dalam pemberontakan Katipunan. Sikap patriotisme
dan nasionalisme yang ditunjukkan Jose Rizal membangkitkan semangat rela
berkorban dan cinta tanah air bagi para cendekiawan di Indonesia.
d.
Gerakan
Nasionalisme Cina
Dinasti Manchu
(Dinasti Ching) memerintah di Cina sejak tahun 1644 sampai 1912. Dinasti ini
dianggap dinasti asing oleh bangsa Cina karena dinasti ini bukan keturunan
bangsa Cina. Masuknya pengaruh Barat menyebabkan munculnya gerakan rakyat yang
menuduh bahwa Dinasti Manchu sudah lemah dan bekerja sama dengan imperialis
Barat. Oleh karena itu muncul gerakan rakyat Cina untuk menentang penguasa
asing yaitu para imperialis Barat dan Dinansti Manchu yang juga dianggap
penguasa asing. Munculnya gerakan nasionalisme Cina diawali dengan terjadinya pemberontakan
Tai Ping (1850 – 1864) dan kemudian disusul oleh pemberontakan Boxer. Gerakan
ini ternyata berimbas semangatnya di tanah air Indonesia.
e.
Gerakan Turki Muda
Gerakan
nasionalisme di Turki pada tahun 1908 dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha. Gerakannya
dinamakan Gerakan Turki Muda. Ia menuntut adanya pembaruan dan modernisasi di
segala sektor kehidupan masyarakatnya. Gerakan Turki Muda memberikan pengaruh
politis bagi pergerakan bangsa Indonesia sebab mengarah pada
pembaruan-pembaruan dan modernisasi.
Komentar
Posting Komentar