MATERI BAB V TATA NAMA SENYAWA KIMIA, (Bagian2) A. Penamaan Senyawa Biner (Kimia Kelas X, Semester Genap)
PENAMAAN SENYAWA
BINER
A.
RUMUS KIMIA
Rumus kimia
merupakan kumpulan lambang atom dengan aturan tertentu. Misalnya, rumus air
adalah H2O dan garam dapur (natrium klorida) adalah NaCl. Jumlah tiap atom pada
rumus kimia ditulis sebagai angka indeks. Pada rumus kimia air (H2O), angka
indeks H adalah 2 dan angka indeks O adalah 1 (angka indeks I tidak perlu
ditulis). Adapun pada rumus kimia garam dapur (NaCI), angka indeks kedua
atom adalah 1 sehingga tidak perlu ditulis. Rumus kimia suatu zat adalah khas.
Kekhasan itu ditentukan oleh daya ikat dan bilangan oksidasi yang dimiliki
suatu atom.
B.
Daya Ikat Atom
Daya ikat atom
adalah kemampuan suatu atom untuk mengikat atom lain sehingga membentuk
suatu molekul. Daya ikat atom juga disebut valensi. Tiap atom mempunyai
daya ikat tertentu.
Untuk memahami
daya ikat atom, perhatikan senyawa HCI, H2O, NH3, SO2, SO3, dan CH. Ternyata,
Cl mengikat 1 atom H, O mengikat 2 atom H, N mengikat 3 atom H, S mengikat 2
atau 3 atom O, dan C mengikat 4 atom H. Karena mempunyai daya ikat paling
kecil, atom H dijadikan pembanding dan ditetapkan memiliki valensi 1. Oleh
karena itu, valensi atom CI adalah 1, valensi atom O adalah 2, valensi atom N
adalah 3, valensi atom S adalah 4 atau 6, dan valensi atom C adalah 4.
C.
Tata Nama
Senyawa Biner
Senyawa
biner adalah senyawa yang dibentuk dari dua unsur. Senyawa biner dapat
terbentuk dari satu unsur logam dan satu unsur nonlogam, atau dapat terbentuk
dari dua unsur nonlogam. Jika unsur pertama adalah logam dan unsur lainnya
nonlogam, maka senyawa biner tersebut umumnya berbentuk ionik atau senyawa
ionik biner. Sedangkan senyawa yang terbentuk dari dua unsur nonlogam disebut
juga sebagai senyawa kovalen
1. Tata nama senyawa biner logam dan nonlogam
Senyawa biner
logam dan nonlogam sebagian besar merupakan senyawa ion dengan mengikuti aturan
tata nama berikut ini:
a.
Tulisan
nama unsur logam tanpa modifikasi apapun, kemudian diikuti nama unsur nonlogam
dengan tambahan akhiran ”ida”.
b.
Unsur-unsur
nonlogam dengan bilangan oksidasi lebih dari satu jenis, maka bilangan
oksidasinya ditulis dengan angka romawi
Contoh tata nama
senyawa biner logam dan nonlogam
Li2O : litium
oksida
KBr : kalium
bromida
CaS : kalsium
sulifida
MgS : magnesium
sulfida
AlF3 :
aluminium fluorida
CrI2 :
kromium(II) iodida
CrCl3 :
kromium(III) klorida
FeS : besi(II)
sulfida
FeF3 :
besi(III) florida
Di samping itu,
penamaan unsur-unsur logam yang memiliki bilangan oksidasi lebih dari satu
jenis dapat juga dituliskan sebagai berikut:
Jika unsur logam
memiliki bilangan oksidasi kecil, diberi akhiran ”o”
Jika unsur logam
memiliki bilangan oksidasi besar, diberi akhiran ”i”.
Seperti contoh
pada senyawa berikut:
CrS :
kromosulfida,
CrI =
kromiodida.
Nama unsur logam
disebutkan lebih dahulu, kemudian diikuti nama unsur bukan logam yang diakhiri
dengan akhiran –ida.
Contoh :
NaCl = Natrium
klorida MgBr2=Magnesium bromida
Na adalah unsur
logam Mg
adalah unsur logam
Cl adalah unsur
non logam Br adalah unsur non logam
Senyawa ionik
walaupun tersusun atas ion positif dan negatif, tetapi secara keseluruhan
bersifat netral, sehingga muatan totalnya adalah nol. Ini berarti satu Na+ akan
bergabung dengan satu Cl– dalam NaCl dan satu Mg2+ bergabung dengan
dua Br– dalam MgBr2 demikian seterusnya. Berikut ini contoh pemberian
nama dan simbol senyawa sederhana :
SENYAWA |
NAMA SENYAWA |
SENYAWA |
NAMA SENYAWA |
Li2O |
Litium
oksida |
CaO |
Kalsium
oksida |
NaBr |
Natrium
bromida |
SrO |
Stronsium
oksida |
KCl |
Kalium
klorida |
BaCl2 |
Barium
klorida |
Rb2O |
Rubidium
oksida |
Al2O3 |
Aluminium
oksida |
CsI |
Cesium
iodida |
ZnO |
Seng
oksida |
MgCl |
Magnesium
klorida |
AgCl |
Perak
klorida |
2.
Tata nama
senyawa biner nonlogam dan nonlogam
Senyawa biner
nonlogam dan nonlogam terbentuk dari ikatan kovalen antar atom-atom
penyusunnya, sehingga disebut juga senyawa kovalen. Jika dua unsur nonlogam
membentuk senyawa biner, penulisan rumus senyawa dan penamaan senyawanya secara
umum mirip dengan senyawa biner dari logam dan nonlogam. Adapun aturan tata
nama senyawa biner nonlogam dan nonlogam adalah sebagai berikut:
Menuliskan
terlebih dahulu unsur dengan bilangan oksidasi positif baru kemudian diikuti
dengan unsur bilangan oksidasi negatif, Misalnya HCl adalah hidrogen klorida
tidak dituliskan sebagai ClH
Beberapa
unsur-unsur nonlogam dapat membentuk lebih dari satu senyawa biner, seperti
unsur S pada senyawa SO2, SO3; N pada senyawa NO, NO2; maupun O pada senyawa
CO, CO2. Oleh karena itu, diperlukan awalan seperti: 1 = mono, 2 = di, 3 = tri,
dan seterusnya pada unsur yang memiliki bilangan oksidasi negatif
Jika awalan
memiliki huruf terakhir “a” atau ”o” dan unsur memiliki huruf awal ”a” atau ”o”
maka kita menghilangkan huruf terakhir awalan yang digunakan. Misalnya karbon
monoksida bukan karbon monooksida. Contoh : NO = nitrogen monoksida, N2O =
dinitrogen monoksida
Contoh tata nama
senyawa biner nonlogam dan nonlogam
HCl : asam
klorida
SO2 :
sulfur dioksida
SO3 :
sulfur trioksida
CO : karbon monoksida
CO2 :
karbon dioksida
NO : nitrogen monoksida
NO2 :
nitrogen dioksida
N2O3 :
dinitrogen trioksida
Nama unsur bukan
logam yang kelelektronegatifannya lebih rendah disebutkan lebih dahulu,
kemudian diikuti nama unsur bukan logam yang lain dan diakhiri dengan
akhiran –ida. Senyawa yang terbentuk antara unsur bukan logam dan
bukan logam merupakan senyawa yang berikatan kovalen. Jumlah atom yang dimiliki
oleh senyawa biner disebutkan dengan cara memberi awalan bahasa Latin sebagai
berikut :
1
=
mono 6 =
heksa
2
=
di 7 =
hepta
3
=
tri 8 =
okta
4
=
tetra 9 =
nona
5
=
penta 10 = deka
Awalan bahasa
Latin mono tidak diletakkan pada nama unsur non logam yang pertama melainkan
pada unsur nonlogam kedua. Awalan bahasa latin dari nama logam pertama
disebutkan mulai dari yang berjumlah 2, dst.
Komentar
Posting Komentar