MATERI MENGANALISI ARTIKEL (BAHASA INDONESIA KELAS XII SEMESTR GENAP)
MATERI MENGANALISI ARTIKEL (BAHASA INDONESIA KELAS XII SEMESTR GENAP)
AYOSEMARANG.COM--
Pandemi virus covid-19 membawa perubahan bagi segala sektor termasuk dalam
sektor pendidikan. Sekolah yang biasanya dipenuhi aktivitas pembelajaran
menjadi sepi karena diganti dengan platform pendidikan berbasis internet.
Wacana mengenai pembelajaran jarak jauh akan dipermanenkan menuai pro dan
kontra. Banyak pihak yang setuju dengan wacana tersebut namun tidak sedikit
pula yang mengkritikinya termasuk para guru dan dosen sebagai fasilitator
pendidikan. Tidak semua sekolah dan kampus siap dengan metode pembelajaran
daring. Faktanya, proses pendidikan selama ini lebih banyak menggunakan
mekanisme tatap muka.
Di media sosial para
orang tua dan murid mengeluh dengan mekanisme pembelajaran yang hanya tugas,
tugas, dan tugas tanpa adanya feedback dari pendidik. Keluhan ini bisa jadi
disebabkan karena pendidik tidak terbiasa dengan metode pembelajaran daring.
Pendidik dituntut harus menguasai teknologi bahkan jaringan internet yang
memadai sebagai akses mengajar. Begitu juga dengan peserta didik. Belum lagi
orang tua yang bukan hanya bertugas mengurus rumah kini harus menggantikan
peran guru kepada anaknya. Sementara, kemendikbud memutuskan bahwa pembelajaran
daring akan dilaksanakan hingga akhir 2020. Lantas bagaimana nasib pendidikan
selanjutnya?
Para pendidik harus
memodifikasi rencana pembelajaran sedemikian rupa agar metode yang digunakan
tepat dan dipahami oleh peserta didik. Tantangan tersebut bukan hanya terletak
pada bagaimana metode untuk transfer ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pembelajaran
daring tetap fokus pada pendidikan karakter. Hal ini dikarenakan bahwa
pendidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value yang
mana peran guru sangat dibutuhkan dan tidak dapat digantikan dengan teknologi
secanggih apapun. Tentu tidak mudah bagi seorang pendidik untuk memantau
bagaimana perkembangan karakter peserta didik dalam situasi yang tidak bisa
memantau secara langsung.
Sesuai dalam Surat
Edaran Mendikbud Nomor 5 Tahun 2019 tentang Kegiatan Penumbuhan Wawasan Kebangsaan
Dalam Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah, kurikulum 2013 ini pemerintah
mengedepankan pendidikan karakter yang nantinya dapat meningkatkan mutu proses
dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada
satuan pendidikan.
Ada beberapa nilai
pendidikan karakter yang beberapa diantaranya menjadi actual dimasa pandemi
covid-19 ini. Pertama disiplin, disiplin yang merujuk pada patuh dan tertibnya
peserta didik dalam menaati peraturan. Dalam situasi pembelajaran tatap muka,
peserta didik terbiasa untuk mematuhi peraturan dengan memakai seragam sesuai
jadwal dan topi saat upacara bendera. Tiba-tiba pada masa pandemi covid-19
mereka belajar dirumah tanpa memakai seragam. Tentu suasananya berbeda. Kedua,
jujur. Ketika ujian ataupun mengerjakan tugas dari guru peserta didik cenderung
mengerjakan soal dengan sungguh-sungguh karena guru memantau dalam kelas.
Berbeda ketika mengerjakan ujian secara daring, keseriusan peserta didik dalam
mengerjakan ujian berkurang bahkan mengundang peserta didik melakukan
plagiarisme karena tanpa pengawasan dari guru meskipun orang tua
mendampinginya, tentu pengawasan guru dan orang tua itu berbeda. Ketiga
tanggungjawab, dalam sistem tatap muka peserta didik biasanya ada aktivitas
piket harian. Hal tersebut ditujukan untuk melatih peserta didik agar
bertanggungjawab terhadap tugasnya, berbeda ketika sistem daring yang mana
anak-anak cenderung tidak memikirkan lingkungan sekitar karena merasa sudah
menjadi tanggungjawab orang tua.
Tentu tidak mudah bagi
seorang guru untuk mencari jalan keluar atas permasalahan pembelajaran daring
ini, namun guru tetap dituntut untuk mencari solusi sebagai kosekuensi sebagai
seorang pendidik. Hal pertama yang dapat dilakukan oleh guru adalah menjaga
komunikasi dengan murid, misalnya dengan teguran atau sapaan setiap pagi.
Maksud dari aktivitas tersebut adalah untuk menjaga semangat dan mengingatkan
kembali bahwa guru selalu memantau dan menjadi teladan bahwa sikap ramah itu
sangat penting. Kedua, meningkatkan rasa disiplin. Dapat diterapkan ketika guru
melakukan pembelajaran, biasanya waktu pembelajaran sudah terjadwal, guru
dapat melakukan pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan tanpa
mengurangi ataupun menambah jam mata pelajaran.
Tanggungjawab, rasa
tanggungjawab akan muncul apabila guru dan peserta didik paham akan tugasnya,
guru mengajar dan peserta didik mengikutinya. Dengan demikian mereka mampu
menyelasaikan tugas masing-masing dengan mandiri. Tanggungjawab ini bukan hanya
sebatas penyelesaian tugas sekolah, peserta didik juga dituntut
bertanggungjawab atas posisinya di rumah. Misalnya bagaimana peran dan
tanggungjawab sebagai kakak yang mana menjaga adiknya, peran adik yang
menuruti kakanya, peran bapak dan ibu yang mendidik anak-anaknya. Tidak selesai
sampai di situ saja, tanggungjawab dalam lingkungan sekitar juga sangat
penting. Bagaimana bertanggungjawab sabagai anggota masyarakat.
Selanjutnya adalah
peduli sosial, dalam keteladanan guru sebagai pendidik, guru harus benar-benar
melakuakan real action bukan hanya penugasan yang bersifat monoton.
Sebelum guru memberi tugas guru dapat mengirim video pentingnya bersosialisai
terhadap lingkungan. Misalnya mengikuti kerja bakti, membantu teman atau
tetangga yang sedang kesusahan, menyuci piring, dan lainnya.
Bekerjasama dengan
orang tua, tentu antara guru dan orang tua harus menjadi model good character
dalam pembentukan karakter anak. Karena rumah menjadi sekolahnya, maka disini
orang tua menjadi tokoh utamanya. Namun, banyak para orang tua mengeluh karena
tidak sanggup berperan sebagai pendidik seperti halnya seorang guru. Padahal,
momen belajar di rumah ini dapat menjadi waktu yang baik untuk menjaga
komunikasi antara orang tua dan anaknya, di sinilah orang tua menunjukkan
perannya sebagai pendidik yang handal. Bukankah pendidikan anak yang pertama
dan utama itu ada di dalam lingkungan keluarga?
Guru dan orang tua
harus memiliki tujuan yang sama agar pendidikan yang diharapkan dapat tercapai.
Guru memberi pengajaran dan orang tua memahamkannya, ibaratnya seorang guru
memberi buah mangga dan orang tua mengupaskannya. Tentu anak akan lebih
semangat memakannya. Bukan hanya itu, pemantauan orang tua kepada anak dalam
menggunakan teknologi juga sangat penting. Misalnya bagaimana mengatur waktu
dalam penggunakan handphone ketika belajar dan bermain agar anak tidak salah
fokus terhadap fungsi handphone untuk kegiatan belajar.
Pembelajaran daring di masa pandemi ini
memang tidak mudah, perlu adanya kerja sama yang baik dari berbagai subjek
pendidikan. Pendidikan yang baik adalah proses yang bukan sebatas memberi dan
menerima pembelajaran, namun di balik itu ada sikap positif yang mampu tumbuh,
yaitu karakter yang baik dan santun. Pembelajaran daring akan dirasa tidak
menyulitkan apabila direspon dan dihadapi dengat sikap yang tepat, sehingga
dapat menjadi metode pembelajaran yang bagus. Semoga pendemi ini segera
berakhir.
---------
Artikel ini sudah Terbit di AyoSemarang.com, dengan Judul Karakter: Tantangan
Pendidikan Daring Masa Pandemi, pada URL
https://www.ayosemarang.com/read/2020/10/11/65146/karakter-tantangan-pendidikan-daring-masa-pandemi
Penulis: Abdul Arif
Editor : Abdul Arif
Tugas:
Lakukanlah analis terhadap artikel di
atas, kemudian berikan komentarnya! Kerjakan di buku catatanmu seperti format
di bawah ini.
No |
Unsur unsur kebahasaan |
||
Adverbia |
Konjungsi |
Kosakata |
|
Contoh |
Selalu |
seperti |
Pandemic,
virus covid 19 |
|
sering |
supaya |
virus
covid 19 |
1 |
|
|
|
2 |
|
|
|
3 |
|
|
|
4 |
|
|
|
dst |
|
|
|
Komentar
Posting Komentar